SELAMAT DATANG DI PUSAT ILMU KEBATINAN MEDITASI DAN DZIKIR

MEMBANGKITKAN ENERGI ILAHI DENGAN BERPUASA - SENI OLAH NAFAS DAN KEBATINAN MEDITASI DZIKIR JENGGER SARI
Sabtu, 04 Januari 2014


Membangkit Kan Energi ILahi Dengan Berpuasa
Bagi saudara yang ingin mengamalkan Metode puasa untuk
membangkitkan
Energi atau kekuatan dalam diri silahkan ikuti tips berikut ini :
Puasa adalah momentum kita semua untuk menghayati
hakikat kekekalan energi. Bahwa tiada yang berkuasa dengan
kuasa yang mutlak melainkan Allah SWT. Hatinya bersaksi,
bahwa kekuasaan Allah SWT meliputi segala ada termasuk
dirinya sendiri. Kekekalan ini terasa KETIKA KITA BERPUASA
TIDAK MAKAN DAN MINUM, MENAHAN NAFSU MAKA YANG
TERJADI ADALAH KUN FAYAKUN, ENERGI ILAHI YANG LUAR
BIASA DAHSYAT AKAN MENGALIR DALAM DIRI KITA. Dengan
syarat, puasa kita adalah puasa yang betul.
Puasa Ramadhan yang rata-rata terdiri dari 30 hari bisa
dibagi menjadi tiga momentum. 10 hari pertama, 10 hari
kedua dan 10 hari ketiga. Pada 10 hari pertama kita
mengoreksi diri dalam hal KESALAHAN OBYEKTIF mengenai
makan dan minum. Kita kuat sesungguhnya bukan karena
energi dari makanan dan minuman dan yang benar adalah
kita kuat dan segar karena LA HAULA WA LA QUWWATA ILA
BIL-LAH. Hakikat energi yang berasal dari makanan dan
minuman itu sebenarnya hanya energi yang bisa terjadi atas
perkenaan NYA semata.
Saat puasa, badan kita terasa lemah lunglai tiada berdaya.
Namun sesungguhnya rasakanlah saat itu justeru muncul
energi Ilahi dalam diri. Sama seperti saat bahaya mengancam,
tiba-tiba energi kekuatan muncul tiada terduga… Itulah energi
Ilahi yang keluar saat kita pasrah total. Tanpa pasrah total,
ikhlas atau nrimo kita tidak akan pernah bisa didatangi oleh
energi Ilahi. Maka pada saat puasa pula, biasanya merupakan
saat terbaik untuk melakukan pemancaran energi Ilahi seperti
mendoakan kesembuhan orang lain, kelancaran rezeki dan
sebagainya.
Dan sesungguhnya energi Ilahi itu sudah tersimpan di dalam
Kitab-NYA berupa ayat-ayat kauniah yang tergelar di alam
semesta ini. Tinggal sekarang apakah kita mampu membuka
kuncinya atau tidak? INNA QUWWATIH, NAKABAN NATAH
KITABAN NATAH.. WA INNAMA AMRUHU IDZA ARODA
SYAI’AN AN YAQULA LAHU KUN FAYAKUN.
Pada 10 hari kedua yaitu hari kesebelas hingga hari kedua
puluh bulan Ramadhan, kita koreksi kesalah pahaman
mengenai pembuangan tenaga. Bahwa kita tidak lah
membuang tenaga melainkan justeru kembali ke NAFSIN
WAHIDATIN. Alastu birabbikum, kalu bala syahidna (QS
7:172) yaitu Janji Kawula Gusti.
Dan puncaknya terjadi pada 10 hari ketiga yaitu hari kedua
puluh satu hingga selesai bulan Ramadhan yaitu saat
terjadinya LAILATUL QADAR. Yaitu teraksesnya ENERGI ILAHI
oleh kesadaran ruhani kita seperti 1000 energi cahaya bulan
yang menjadi satu dalam satu momentum beserta kepastian
Furqoni 82 tahun yaitu energi LA ILAHA ILAL-LAH.
Allah SWT yang menganugerahkan energi pada manusia agar
dengan energi yang dimilikinya itu dia memiliki sedikit kuasa
untuk berusaha dan berbuat. Namun perlu diingat bahwa
kuasa dan upaya tersebut tentunya hanya "pinjaman" yang
akan "kembali" kepada Yang Punya Kuasa.
Menyelami makna LA HAULA WA LA QUWWATA ILLA BILLAH
(Tiada daya dan upaya melainkan dengan bantuan Allah)
dalam dirinya. Ungkapan tauhid ini mengandungi rahasia
bahwa Tuhanlah yang Memiliki Semua Energi di alam semesta
ini. Tiada satu pun energi kecuali berada di dalam kekekalan
energi-NYA.
Kita makan dan minum untuk mencari sumber tenaga.
Sumber tenaga dari makan dan minuman yang kita konsumsi
sesungguhnya berasal dari tanaman, tumbuhan dan hewan.
Mereka mendapat energi dari rantai makanan lain begitu
seterusnya hingga akhirnya bermuara pada satu sumber
energi yang tidak berasal dari sumber energi lain, yaitu Energi
Ilahi.
Mereka yang tenggelam dalam lautan penyaksian wahdah
(kesatuan sifat-sifat Allah) pasti menghayati bahwa manusia
dan seluruh alam ini tidak pernah terlepas daripada
kekuasaan Allah SWT. Maka, dia merasa harus
menghambakan dirinya dan memilih untuk mentaati-Nya.
Tidak mudah untuk menemukan rumusan rahasia ini. Kita
bisa berteori namun umumnya belum sampai pada
pemahaman yang sesungguhnya. Mata, telinga dan hati kita
masih terhijab dan hakikat hukum kekekalan energi Allah SWT
belum mampu kita temukan. Kita masih menganggap bahwa
yang berperanan dalam memberi manfaat dan menolak
kemudaratan adalah dirinya sendiri dan makhluk-makhluk di
sekitarnya.
Kita yang lalai itu terhijab dengan perbuatan Allah (af’aal)
melalui makhluk-makhlukNya (infi’al) sehingga gagal
menghayati makna sebenar wujud seluruh makhluk. Kita
terhijab dalam kepompong hukum sebab akibat sehingga tidak
dapat menghayati konsep qudrat (kekuasaan), iradah dan ilmu
Allah.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan pada kita
sebagai berikut: KUNCI SEBENARNYA MENGAKSES ENERGI
ILAHI YAITU MENGAKUI KEKUASAAN ALLAH SWT DENGAN
CARA MENGAKUI KELEMAHAN DIRI DI HADAPAN-NYA
SEBAGAIMANA MUSA AS YANG TERSUNGKUR DI BUKIT SINAI.
ATAU BERSUJUDNYA SEORANG MUSLIM DENGAN SUNGGUH
SUNGGUH SUJUD SAAT SHOLAT. KEYAKINAN INI JIKA
DITERJEMAHKAN DALAM DIRI SESEORANG MAKA DIA AKAN
MENGHADAPI KEHIDUPAN INI DENGAN PENUH KEPASRAHAN,
NRIMO, IKHLAS, KETERGANTUNGAN HATI HANYA KEPADA-
NYA TANPA RASA KEBIMBANGAN SEDIKITPUN.
Apa yang dia laksanakan adalah apa yang dituntut oleh Allah.
Mereka tidak perlu risau soal hasil karena sudah ada jaminan
kepastian atas dirinya. Namun, tatkala mengetahui bahwa
hanya Allah yang Maha Berkuasa dalam kehidupan ini, maka
dia pun tidak bermalas-malasan dan sebaliknya akan
"berusaha" sekeras mungkin sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Allah menugaskan agar kita berusaha dalam rangka
menunaikan tugas penghambaan diri. Usaha yang kita
lakukan sebenarnya telah diperintahkan oleh Allah dan ini kita
lakukan dalam rangka penyempurnaan ibadah. Kita dilarang
keras jadi pemalas! Karena kewajiban kita adalah
melaksanakan ibadah khusus (syahadat, sholat, zakat, puasa
dan sebagainya) dan ibadah umum (mencari rezeki, beramal
kebajikan demi kesejahteraan semua makhluk hidup,
melestarikan alam sekitar dan sebagainya).
Energi Ilahi Yang Kekal
Ada satu fenomena yang bila kita memikirkannya kita akan
menyebut ALLAHU AKBAR.. aneh tapi nyata.. yaitu tentang
cahaya. Di dalam QS An Nur 35 menjelaskan: "Allah adalah
cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah
ibarat misykat. Di dalam misykat itu ada pelita. Pelita itu ada
di dalam kaca. Kaca itu laksana bintang berkilau. Dinyalakan
dengan minyak pohon yang diberkati. Pohon zaitun yang
bukan di timur atau di barat. Yang minyaknya hampir menyala
dengan sendirinya walaupun tiada api menyentuhnya. Cahaya
di atas Cahaya! Allah menuntun kepada cahaya-NYA, siapa
saja yang ia kehendaki. Dan Allah membuat perumpamaan
bagi manusia. Sungguh Allah mengetahui segalanya."
Kenapa Allah SWT mengidentifikasikan diri-Nya dengan
perumpamaan Cahaya Maha Cahaya? Jawabannya adalah
cahaya tidak pernah kehabisan energi.
Ada anggapan sementara kaum ilmuwan di dalam Teori
Einstein bahwa cahaya akan kehilangan energinya ketika
meninggalkan medan gravitasi yaitu dengan bergeser
warnanya ke arah warna merah dengan panjang gelombang
yang lebih panjang. Yang dimaksud kehilangan energinya
adalah bukan dalam artian benar-benar hilang, tetapi
energinya berkurang dengan mentransferkan energinya
menjadi bentuk yang lain.
Cahaya ketika meninggalkan gravitasi (meninggalkan bumi)
akan dibelokan dan terurai karena adanya perbedaan tekanan
udara, seperti halnya cahaya ketika dilewatkan pada sebuah
prisma. Disini tidak ada energi yang hilang.
Di dalam fisika, cahaya atau gelombang elektromagnetik
adalah sebuah panjang gelombang tertentu yang dipancarkan
dari sumber dengan gravitasi yang lebih kuat, yang terpancar
menuju area dengan gravitasi yang lebih rendah. Pengamat
akan melihat bahwa panjang gelombang yang diterimanya
akan menjadi lebih besar (frekuensi lebih rendah, energi lebih
rendah), itu yang disebut fenomena gravitational redshift.
Tetapi jangan buru-buru mengatakan bahwa cahaya tersebut
kehilangan energi. Untuk hal yang seperti ini (dalam orde
cahaya) kita harus menggunakan hukum relativitas, dan tidak
bisa menggunakan fisika klasik.
Fenomena ini mirip dengan ketika ada dua orang, yang satu
tinggal di bumi dan satunya naik pesawat dengan kecepatan
yang mendekati cahaya. Kedua orang tersebut mengukur
panjang sebuah benda yang diam dibumi, hasil yang tampak
adalah akan memperlihatkan bahwa hasil pengukuran mereka
berbeda. Ini tidak bisa dipahami dengan fisika klasik tapi bisa
dipahami menggunakan hukum relativitas.
Pada gravitational redshift tidak ada energi yang hilang, hanya
ada perbedaan pengamatan akibat beda tempat, perbedaan
tersebut harus dilihat secara relativistik (menggunakan hukum
relativitas) jadi tidak ada yang hilang dan tidak ada yang
aneh.
Hukum relativitas tidak pernah mengatakan bahwa kita bisa
mundur ke masa lampau, itu hanya terjadi pada film fiksi
saja. Tetapi menurut hukum relativitas bahwa waktu memang
bisa molor tergantung dari posisi pengamatnya. Fenomenanya
bisa diamati salah satunya yaitu ketika foton dari cahaya
matahari bergerak menuju bumi, waktu menjadi relatif bagi si
foton.
Masih di dalam fisika bahwa semua partikel (apapun itu
jenisnya) tidak bisa bergerak dengan kecepatan melewati 3 x
10^8 m/s (kecepatan cahaya). Mungkin itu sudah dibatasi
oleh yang menciptakan alam ini. Kalau ada partikel yang
mampu bergerak dengan kecepatan melampaui kecepatan
cahaya persamaan relativitas menjadi tidak terdefinisikan.
Jika kita naik pesawat dengan kecepatan 0.75 C relatif
terhadap bumi, kemudian kita menembakan peluru pada arah
yang sama dengan pesawat dengan kecepatan 0.75 C relatif
terhadap pesawat, maka kecepatan peluru terhadap bumi
tidak menjadi 1,5 C.
Barangkali itu sebabnya, Allah SWT membuat perumpamaan
dirinya dengan Cahaya Maha Cahaya… Sebab cahaya-NYA
tidak pernah kehabisan energi dimana pun dan sampai
kapanpun. Energi Ilahi sebagaimana tercermin dalam energi
dalam hukum fisika, akan kekal abadi sepanjang masa dan
kita akan bisa mendapatkannya kapanpun kita inginkan asal
punya niat dan kemauan. Mari kita berproses bersama menuju
kesempurnaan… Selamat berpuasa Ramadhan.
sumber: http://www.blogger.com/indospiritual.com/
artikel_puasa-dan-kedahsyatan-energi-ilahi.html
Comments
0 Comments

0 komentar:

HENO E.C - KALIURIP - DAMARKASIYAN